**Kedamaian sejati atau weda yang menyabdakan dirinya adalah :Weda di mana pun akan menjadi kebahagiaan bagi mereka yang taat, maka ketika engkau wahai penganut weda dan tiada berbahagia dan damai, maka engkau tiada mendapatkan di âsiniâ (rumah weda) atau di tempat lain Bhagavad-gita 2.72. 2.72 Itulah cara hidup yang suci dan rohani.
Apa Perbedaan Kitab Bhagawadgita Dengan Buku Buku Suci Yang Lain â Apa Perbedaan Kitab Bhagawadgita Dengan Buku Buku Suci Yang Lain? Kitab Bhagawadgita adalah salah satu buku suci Hindu yang didasarkan pada Mahabharata dan terkenal di seluruh dunia. Buku ini mengandung lebih dari 700 sloka ayat yang berisi ajaran moral dan spiritual. Kitab Bhagawadgita disebut sebagai buku suci karena mengandung konsep spiritualitas yang dihormati di seluruh dunia. Perbedaan antara Kitab Bhagawadgita dan buku suci lainnya adalah bahwa Kitab Bhagawadgita menekankan sikap dan tingkah laku seorang praktisi spiritual. Buku ini berusaha mengajarkan konsep akhirat, namun juga menekankan pentingnya kesadaran diri yang tinggi. Hal ini juga menekankan pentingnya menjalani hidup yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual yang diikuti oleh para pengikutnya. Kitab Bhagawadgita juga menekankan pentingnya menjalankan tugas dan kewajiban yang diperintahkan oleh para Dewa dan guru spiritual. Buku ini juga mengandung prinsip-prinsip spiritualitas yang harus diikuti oleh para pengikutnya. Kitab Bhagawadgita juga mengajarkan pentingnya menjalankan kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual dan membangun kesadaran diri yang tinggi. Berbeda dengan Kitab Bhagawadgita, buku suci lainnya lebih banyak menekankan aspek-aspek moral dan etika. Buku-buku tersebut menekankan pentingnya mengikuti kode etik dan nilai-nilai moral yang diikuti oleh para pengikutnya. Pada umumnya, buku-buku suci lainnya merekomendasikan berbagai bentuk pengamalan moral dan etika. Kesimpulannya, Kitab Bhagawadgita adalah salah satu buku suci Hindu yang menekankan sikap dan tingkah laku seorang praktisi spiritual. Hal ini berbeda dengan buku suci lainnya yang lebih banyak menekankan aspek-aspek moral dan etika. Meskipun demikian, kedua buku suci ini memiliki tujuan yang sama untuk mengajarkan nilai-nilai spiritual dan meningkatkan kesadaran diri. Penjelasan Lengkap Apa Perbedaan Kitab Bhagawadgita Dengan Buku Buku Suci Yang Lain⢠Kitab Bhagawadgita merupakan salah satu buku suci Hindu yang mengandung lebih dari 700 sloka ayat yang berisi ajaran moral dan spiritual. ⢠Kitab Bhagawadgita menekankan sikap dan tingkah laku seorang praktisi spiritual serta pentingnya menjalani hidup yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual. ⢠Kitab Bhagawadgita juga menekankan pentingnya menjalankan tugas dan kewajiban yang diperintahkan oleh para Dewa dan guru spiritual. ⢠Berbeda dengan Kitab Bhagawadgita, buku suci lainnya lebih banyak menekankan aspek-aspek moral dan etika.⢠Kedua buku suci ini memiliki tujuan yang sama untuk mengajarkan nilai-nilai spiritual dan meningkatkan kesadaran diri. ⢠Kitab Bhagawadgita merupakan salah satu buku suci Hindu yang mengandung lebih dari 700 sloka ayat yang berisi ajaran moral dan spiritual. Kitab Bhagawadgita adalah salah satu buku suci Hindu yang mengandung lebih dari 700 sloka ayat yang berisi ajaran moral dan spiritual. Ini adalah bagian dari Mahabharata, sebuah karya sastra Hindu yang berasal dari sekitar abad ke-4 SM. Buku ini menceritakan tentang percakapan antara dewa Krishna dan pahlawan Pandawa Arjuna, yang mengungkapkan berbagai fakta spiritual dan filosofis yang bertujuan untuk membantu Arjuna menemukan jalan keluar dari situasi yang kompleks. Kitab Bhagawadgita mengajarkan bahwa semua makhluk hidup adalah satu jiwa dalam semesta, dan bahwa segala sesuatu adalah bagian dari Tuhan. Dengan kata lain, buku ini menekankan pentingnya etika dan moralitas, serta kewajiban untuk mengikuti hukum alam. Kitab Bhagawadgita memiliki beberapa perbedaan utama dengan buku-buku suci Hindu yang lain. Pertama, kitab ini tidak hanya berfokus pada masalah-masalah spiritual, tetapi juga mencakup topik-topik seperti etika, teologi, filsafat, dan lainnya. Kedua, kitab ini berfokus pada dewa Krishna, dan bukan pada dewa-dewa Hindu lainnya. Ketiga, kitab ini menekankan pentingnya etika dan moralitas, dan bukan hanya tentang spiritualitas. Keempat, kitab ini menitikberatkan pada prinsip bahwa semua makhluk hidup adalah satu jiwa dalam semesta, dan bukan hanya menekankan pentingnya menjalankan kewajiban agama. Kitab Bhagawadgita telah menjadi salah satu buku suci Hindu yang paling berpengaruh dan terkenal. Buku ini telah mempengaruhi pemikiran Hindu sejak abad ke-4 SM. Buku ini telah menginspirasi para penulis, filsuf, dan pemikir Hindu lainnya untuk mengeksplorasi lebih jauh topik-topik seperti spiritualitas, moralitas, dan etika. Kitab Bhagawadgita berbeda dari buku-buku suci Hindu yang lain karena fokusnya yang lebih luas dari hanya spiritualitas, dan karena penekanan yang diperluas pada etika, moralitas dan prinsip-prinsip spiritual. Buku ini juga berfokus pada dewa Krishna dan menekankan pada pentingnya semua makhluk hidup adalah satu jiwa dalam semesta. Kitab ini telah menginspirasi banyak orang, dan telah membantu membentuk pemikiran dan pandangan Hindu modern. ⢠Kitab Bhagawadgita menekankan sikap dan tingkah laku seorang praktisi spiritual serta pentingnya menjalani hidup yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual. Kitab Bhagawadgita adalah salah satu kitab suci Hindu yang paling penting. Terletak di bagian utama Mahabharata, kitab ini berisi dialog antara dewa Krishna dan Arjuna, yang menceritakan tentang filosofi, teologi, dan etika Hindu. Kitab Bhagawadgita dikenal karena menekankan sikap dan tingkah laku seorang praktisi spiritual serta pentingnya menjalani hidup yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual. Kitab Bhagawadgita berbeda dengan buku-buku suci lain karena memiliki pendekatan yang unik terhadap spiritualitas. Lebih dari buku teks religius lainnya, Kitab Bhagawadgita menekankan pentingnya melakukan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual. Kitab ini mencakup konsep-konsep seperti dharma kode etik, karma tingkah laku, dan bhakti pengabdian. Kitab ini juga menekankan pentingnya memahami hakikat dari diri kita sendiri dan nilai-nilai spiritual. Kitab Bhagawadgita juga menekankan pentingnya menjalani hidup yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual. Lebih daripada buku-buku suci lainnya, kitab ini menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan kita. Kitab ini menggambarkan bagaimana kita harus hidup sesuai dengan nilai-nilai spiritual, dan menekankan pentingnya menjalani hidup yang berdasarkan pada kebajikan dan kasih sayang. Kitab Bhagawadgita juga menekankan pentingnya menjalani hidup yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual dengan cara yang praktis. Kitab ini menawarkan panduan bagi praktisi spiritual untuk menerapkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Kitab ini menekankan pentingnya menjalani hidup yang bersih dan penuh dengan kasih sayang, serta pentingnya menghormati dan menghargai orang lain. Kitab Bhagawadgita berbeda dengan buku-buku suci lain karena pendekatannya yang unik terhadap spiritualitas. Kitab ini menekankan pentingnya menjalani hidup yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual, dan menawarkan panduan yang praktis bagi praktisi spiritual. Kitab ini juga menekankan pentingnya menghormati dan menghargai orang lain. Inilah sebabnya mengapa Kitab Bhagawadgita menjadi salah satu buku suci Hindu yang paling penting. ⢠Kitab Bhagawadgita juga menekankan pentingnya menjalankan tugas dan kewajiban yang diperintahkan oleh para Dewa dan guru spiritual. Kitab Bhagawadgita adalah salah satu kitab suci Hindu yang mengandung ajaran-ajaran spiritual dan filosofis yang sangat penting. Kitab ini ditulis sekitar tahun 500 Sebelum Masehi dan merupakan salah satu bagian dari Mahabharata, sebuah epik India yang klasik. Kitab ini mengandung berbagai ajaran tentang filosofi, agama, etika, dan dharma kewajiban moral manusia. Kitab Bhagawadgita berbeda dari buku-buku suci lainnya karena ia menekankan pada pentingnya melaksanakan tugas dan kewajiban yang diperintahkan oleh para dewa dan guru spiritual. Kitab ini menjelaskan bahwa seseorang harus menjalankan perintah para dewa dan guru dengan sukarela dan tanpa ragu-ragu. Kitab ini juga menekankan pentingnya mengikuti aturan dan nilai-nilai yang diakui oleh para dewa dan guru. Kitab Bhagawadgita menekankan bahwa tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seseorang adalah untuk mencapai kesucian dan kemakmuran spiritual. Kitab ini juga menekankan pentingnya menjalankan tugas dan kewajiban yang diperintahkan oleh para dewa dan guru spiritual tanpa ragu-ragu. Hal ini penting karena tugas dan kewajiban tersebut akan membantu seseorang mencapai tujuan spiritualnya. Kitab Bhagawadgita menekankan pentingnya menjalankan tugas dan kewajiban yang diperintahkan oleh para dewa dan guru spiritual karena ia mengajarkan bahwa tugas dan kewajiban tersebut bertujuan untuk membantu seseorang mencapai kesucian dan kemakmuran spiritual. Kitab ini menjelaskan bahwa seseorang harus menjalankan tugas dan kewajiban dengan sukarela dan tanpa ragu-ragu. Kitab Bhagawadgita juga menekankan pentingnya menghormati dan menghargai para dewa dan guru spiritual. Kitab ini mengajarkan bahwa seseorang harus menghormati dan menghargai para dewa dan guru spiritual karena mereka adalah sumber kebijaksanaan dan pengetahuan spiritual. Kitab ini menekankan pentingnya menghormati para dewa dan guru spiritual karena mereka akan memberikan bimbingan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan spiritualnya. Jadi, Kitab Bhagawadgita berbeda dari buku-buku suci lainnya karena ia menekankan pentingnya menjalankan tugas dan kewajiban yang diperintahkan oleh para dewa dan guru spiritual. Kitab ini mengajarkan bahwa seseorang harus menjalankan tugas dan kewajiban dengan sukarela dan tanpa ragu-ragu. Kitab ini juga menekankan pentingnya menghormati dan menghargai para dewa dan guru spiritual karena mereka adalah sumber kebijaksanaan dan pengetahuan spiritual yang akan membantu seseorang mencapai tujuan spiritualnya. ⢠Berbeda dengan Kitab Bhagawadgita, buku suci lainnya lebih banyak menekankan aspek-aspek moral dan etika. Buku-buku suci merupakan sumber inspirasi dan kuasa spiritual bagi banyak orang. Mereka menyediakan ajaran dan petunjuk untuk hidup yang baik dan tepat. Kitab Bhagawadgita, sebuah buku suci Hindu, adalah salah satu buku suci yang paling dikenal dan dihormati di seluruh dunia. Akan tetapi, ada perbedaan penting antara Kitab Bhagawadgita dan buku-buku suci lainnya. Kitab Bhagawadgita adalah sebuah teks filosofis yang mengajarkan tentang agama, spiritualitas, dan etika. Dalam buku ini, Bhagawan Krishna mengajarkan kepada Arjuna tentang kehidupan yang baik, bagaimana berakhlak dan bagaimana mencapai tujuan spiritual. Hal ini berbeda dengan buku-buku suci lainnya yang lebih banyak menekankan aspek-aspek moral dan etika. Kitab Bhagawadgita membahas banyak topik, termasuk meditasi, yoga, dan perjuangan spiritual. Buku ini juga mengajarkan tentang rencana Tuhan dan takdir, tentang perasaan dan aktivitas manusia, tentang keselamatan yang akan datang, dan tentang bagaimana mencapai tujuan spiritual. Hal ini berbeda dengan buku-buku suci lainnya yang lebih banyak menekankan aspek-aspek moral dan etika. Kitab Bhagawadgita mengajarkan tentang bagaimana kita harus berjalan melalui kehidupan, bagaimana menghadapi bencana dan mengatasi masalah, dan bagaimana mencapai tujuan spiritual. Buku ini juga mengajarkan tentang bagaimana kita harus membuat keputusan yang tepat, menghargai hak asasi manusia, dan menjaga kesehatan dan kebersihan. Kitab ini juga menjelaskan tentang bagaimana kita harus menjalankan tugas kita dengan sebaik-baiknya dan menghormati orang lain. Namun, perbedaan utama antara Kitab Bhagawadgita dan buku-buku suci lainnya adalah tema dan tujuannya. Kitab Bhagawadgita berfokus pada spiritualitas dan filsafat hidup, sementara buku-buku suci lainnya lebih banyak menekankan aspek-aspek moral dan etika. Kitab Bhagawadgita juga menekankan pada tujuan spiritual, yaitu bagaimana mencapai moksa, sementara buku-buku suci lainnya kurang menekankan pada tujuan spiritual. Kesimpulannya, meskipun Kitab Bhagawadgita dan buku-buku suci lainnya merupakan buku suci yang dicintai dan dihormati, ada perbedaan utama antara kedua buku ini. Kitab Bhagawadgita berfokus pada spiritualitas dan filsafat hidup, sementara buku-buku suci lainnya lebih banyak menekankan aspek-aspek moral dan etika. Dengan demikian, Kitab Bhagawadgita memiliki tema dan tujuan yang lebih berbeda daripada buku-buku suci lainnya. ⢠Kedua buku suci ini memiliki tujuan yang sama untuk mengajarkan nilai-nilai spiritual dan meningkatkan kesadaran diri. Kitab Bhagavad Gita dan buku-buku suci lainnya memiliki tujuan umum yang sama yaitu untuk mengajarkan nilai-nilai spiritual dan meningkatkan kesadaran diri. Namun, ada beberapa perbedaan antara keduanya. Pertama, Kitab Bhagavad Gita datang dari tradisi Hindu dan berfokus pada perjalanan spiritual, sedangkan buku-buku suci lainnya mungkin berasal dari tradisi yang berbeda dan berfokus pada topik lainnya. Kedua, Kitab Bhagavad Gita menggunakan bahasa Sansekerta, yang merupakan bahasa klasik India, sedangkan buku-buku suci lainnya mungkin menggunakan bahasa yang berbeda. Selain itu, Kitab Bhagavad Gita menggunakan konsep-konsep filsafat Hindu, seperti karma dan reinkarnasi, yang mungkin tidak ada dalam buku-buku suci lainnya. Ketiga, Kitab Bhagavad Gita mengandung petunjuk spiritual yang lebih khusus yang ditujukan untuk pengikut Hindu. Buku-buku suci lainnya mungkin mencakup petunjuk spiritual yang lebih umum yang dapat diterapkan oleh orang dari berbagai agama. Keempat, Kitab Bhagavad Gita ditulis pada abad ke-2 SM, sedangkan buku-buku suci lainnya mungkin ditulis pada zaman yang berbeda. Ini berarti bahwa Kitab Bhagavad Gita mungkin mengandung pandangan dan ide yang berbeda dari buku-buku suci lainnya. Kelima, Kitab Bhagavad Gita berfokus pada perjalanan spiritual dari Arjuna, sedangkan buku-buku suci lainnya mungkin menceritakan kisah-kisah lain. Oleh karena itu, Kitab Bhagavad Gita mungkin lebih relevan dengan pengalaman spiritual bagi pengikut Hindu. Kitab Bhagavad Gita dan buku-buku suci lainnya memiliki tujuan yang sama yakni untuk mengajarkan nilai-nilai spiritual dan meningkatkan kesadaran diri. Namun, ada beberapa perbedaan antara keduanya, seperti bahasa yang digunakan, konsep filsafat yang ada, petunjuk spiritual, zaman penulisan, dan kisah yang diceritakan. Dengan memahami perbedaan antara keduanya, kita dapat lebih memahami nilai dan arti dari kedua buku suci ini.
Dalammomen yang sama, diketahui pula Oppie tiba-tiba teringat sebuah kalimat dari kitab yang sama: âAku menjadi Maut, penghancur dunia.â. Tak sampai satu bulan setelahnya, pihak Sekutu menjatuhkan bom atom pertama di Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945, dan bom kedua di Nagasaki, 9 Agustus 1945. Jepang kemudian menyerah kalah pada tanggal 15
Ada sekelompok orang yang menyebut Sri Krishna sebagai tokoh yang tidak bermoral, karena memaksa Arjuna berperang di medan perang Kuruksetra. Padahal, menurut mereka, Arjuna telah tegas-tegas menolak terlibat dalam pertempuran yang akan memaksanya membunuh kakek, guru, kerabat dan sanak saudara yang ia hormati dan ia cintai! Benarkah Bhagavad-gita semata-mata mengajarkan perang dan kekerasan? Pelajaran moral apa yang terkandung dalam perintah Sri Krishna yang menegaskan bahwa Arjuna tetap harus berperang? âSaya sudah muak dengan agama. Saya malas membaca kitab suci lagi. Termasuk baca Bhagavad-gita. Bukankah justru gara-gara ayat-ayat suci itu manusia saling berperang?â cetus seorang teman dalam sebuah diskusi di ashram. Kebetulan dia baru pertama kali itu hadir dalam acara pendalaman Bhagavad-gita yang kami lakukan rutin setiap hari minggu siang. Setelah bhajan dan arati, kami memilih sebuah sloka, membacanya bersama-sama, lalu membaca ulasannya. Biasanya kami memilih satu sloka tertentu yang relevan dengan tema yang sedang hangat terjadi di masyarakat. Kemudian diikuti dengan sesi diskusi. Saat itulah, teman Hindu tadi menyela dan memberikan pendapatnya yang agak mengejutkan itu. Selama ini kami mengenalnya sebagai mahasiswa yang juga terlibat aktif di sebuah LSM yang mengupayakan dialog dan perdamaian antar agama. Kawan itu lalu minta ijin untuk menjelaskan latar belakang pernyataannya itu. Semua orang tahu, katanya memulai cerita, bahwa pertikaian di Timur Tengah telah berlangsung puluhan tahun. Pertikaian antara Israel dan Palestina, misalnya, terus saja berlanjut. Padahal berbagai upaya perdamaian sudah dilakukan, tapi tetap saja konflik itu tak kunjung berakhir. Bulan-bulan terakhir ini, konflik itu justru makin meluas dan menyeret negara-negara lainnya. âSaya pribadi berpendapat bahwa konflik itu tidak akan pernah selesai. Soalnya, kalau mau jujur, konflik itu diilhami dan dilandasi oleh perintah-perintah kitab suci masing-masing agama kelompok yang bertikai ituâ sambungnya, lalu terdiam sejenak sambil memandangi kearah kami. Suasana jadi hening. Kami yang berjumlah sekitar dua puluh orang dalam aula itu, mulai mengerti kearah mana pembicaraannya. Dia lalu melanjutkan, bahwa sampai kapanpun, konflik di Timur Tengah itu tidak akan pernah berakhir secara tuntas. Karena, kedua belah pihak mendasarkan perjuangannya kepada perintah kitab suci agama mereka. Dalam kitab suci itu, diakui atau tidak, ada pemaparan tentang sejarah pertikaian antar nenek moyang mereka, disertai klaim bahwa pihak merekalah yang dilindungi dan dikehendaki oleh Tuhan. Dendam itu terus akan berkobar di dada generasi penerus mereka masing-masing, terlebih setelah mereka membaca kitab sucinya. Bukankah sejak kelahirannya, tiga agama yang sama-sama berasal dari Nabi Ibrahim itu memang selalu bertikai ? Bukankah kalau hanya dibaca secara tekstual, apa adanya, banyak ayat yang seolah mengajarkan dan membenarkan kekerasan kepada umat lain? Karena itu, selama masing-masing kelompok masih berpegang teguh pada apa yang tersurat dalam kitab-kitab mereka, selama itu pula jalan perdamaian masih jauh dari harapan. Kami merasakan adanya kebenaran dalam penuturannya. âTadinya saya masih menaruh harapan. Kitab-kitab Hindu pasti tidak begitu. Hindu khan terkenal agama yang cinta damai, penuh toleransi. Saya pikir sikap orang Hindu yang umumnya toleran itu pasti karena pengaruh ajaran kitab sucinya. Lalu saya coba pelajari kitab suci Hindu. Maksudnya sekalian ingin memperoleh pencerahan dan pengetahuan rohaniâŚâ kisahnya panjang lebar. Kebetulan waktu itu, lanjutnya, Bhagavad Gita lah yang paling mudah dia temukan. Susah menemukan kitab yang lainnya. Dia lalu mulai membuka halaman-halaman kitab suci itu dengan penuh semangat. âTapi saya bingung dan kecewa berat. Baru baca bab satu dan bab dua saja saya sudah ngeri. Saya tidak jadi meneruskan membacanya â ujarnya mengenang penyebab kekecewaannya. âLho, ngeri? Baca kitab suci kok malah ngeri? Mengapa begitu?â seorang teman lain bertanya heran. âAhâŚ, ternyata Bhagavad gita itu tidak pantas disebut kitab suci. Masak sih kitab suci kok isinya menganjurkan perang dan pembunuhanâŚLagi pula disabdakannya khan di medan perang?â Dia berkesimpulan bahwa semua kitab suci sama saja. Mengajarkan kekerasan, padahal seharusnya menciptakan kerukunan dan perdamaian. Kawan itu lalu mulai mengkritik Krishna penyabda Bhagavad gita. Menurutnya, Krishna adalah seorang tokoh yang tidak punya moral, karena memaksa Arjuna untuk membunuh kakek, sanak keluarga dan gurunya sendiri. Padahal Arjuna sudah menolak untuk berperang, dengan dalih yang sangat manusiawi dan menjunjung nilai-nilai ahimsa. Bukankah ahimsa adalah dharma tertinggi menurut Weda? Tapi Krishna terus membujuknya dengan sebuah tawaran iming-iming yang menggiurkan. Lalu dengan fasihnya, kawan tadi mengutip terjemahan sloka Bhagavad-gita, menyebut sloka itu sebagai tawaran yang kekanak-kanakan. âWahai Arjuna, engkau akan terbunuh di medan perang dan mencapai planet-planet surga, atau engkau akan menang dan menikmati kerajaan di dunia. Karena itu, bangun dan bertempurlah dengan ketabahan hatiâŚâ âNah, kalau Krishna mendesak Arjuna untuk membunuh Bhisma, Drona, dan para Kaurawa yang masih sanak saudara sendiri hanya demi masuk surga, apa itu bukan amoral namanya?â Jelaslah bagi kami, mengapa teman tadi akhirnya emoh membaca Bhagavad-gita. Argumennya memang cukup kuat, dan tuduhan bahwa Bhagavad-gita mengajarkan perang dan kekerasan itu sudah sering pula dilontarkan orang yang membaca Bhagavad-gita sekenanya saja. Jadi, kawan itu bukan orang pertama yang mengkritik perintah Krishna kepada Arjuna. *** Bhagavad-gita dikenal sebagai simbol kedamaian dan pencerahan batin. Mahatma Gandhi menyatakan âBhagavad-gita adalah sumber kedamaian bagiku. Manakala keputusasaan datang menghampiri, aku membuka lembaran-lembaran Gita dan selalu kutemukan ayat yang memberikan pengharapan.â Meski demikian, Gandhi sendiri, penganjur ahimsa anti kekerasan yang termashyur itu juga mengakui bahwa beberapa sloka dalam Bhagavad-gita itu penuh misteri dan pemaknaannya tidak mungkin dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Misalnya, dalam Sloka Sri Krishna menyatakan bahwa kegiatan membunuh sekalipun dapat bersifat rohani, dan merupakan salah satu bentuk yoga âOrang yang tidak digerakkan oleh keakuan palsu dan kecerdasannya tidak terikat, tidak membunuh, meskipun ia membunuh orang di dunia ini. Ia juga tidak terikat oleh perbuatannyaâ. Dalam karyanya Anasakti Yoga, Gandhi mengomentari ayat di atas sebagai berikut â Makna ayat-ayat Bhagavad-gita ini tampaknya didasari pada cita-cita ideal di dunia hayalan, yang sulit ditemukan contohnya di dunia nyata iniâ. Karena alasan itulah, sebagian orang bahkan terang-terangan menuduh Krishna sebagai tokoh provokator yang tidak cinta damai. Anggapan demikian itu sering disebarluaskan oleh orang non Hindu untuk memojokkan kitab-kitab Hindu. Menurut mereka, Gita tidak pantas dijadikan pedoman moralitas, karena jelas-jelas bertentangan dengan semangat cinta damai dan anti kekerasan. Benarkah anggapan itu? Benarkah selama ini Bhagavad-gita telah menjadi sumber inspirasi bagi tindak kekerasan ataupun pembunuhan yang mungkin dilakukan oleh umat Hindu yang ekstrim? Haruskah kita menghentikan kegiatan membaca Bhagavad-gita, seperti yang dilakukan oleh aktivis perdamaian tersebut? Kalau sabda Krishna hanya berdasarkan pada sebuah keadaan ideal yang tidak praktis bagi kehidupan nyata kita saat ini, masih perlukah kita mendasarkan hidup kita pada ayat-ayat Bhagavad-gita? Orang yang menetapkan standar moralitas menurut ukuran mereka sendiri, pasti akan meragukan kesimpulan Krishna dalam Bhagavad-gita tersebut. Karena itu, marilah secara obyektif memahami mana yang tergolong kekerasan dan mana yang bukan kekerasan. Barulah kita bisa menyimpulkan, apakah Krishna memang benar-benar provokator bagi tindak-tindak kekerasan seperti yang dituduhkan orang selama ini. Banyak orang yang lupa, bahwa percakapan rohani antara Krishna dan Arjuna yang disebut sebagai Bhagavad-gita itu sebenarnya adalah bagian dari kitab yang lebih besar, yaitu Mahabharata. Walau sering dibaca sebagai buku yang terpisah, sesungguhnya Bhagavad Gita yang terdiri dari 18 bab itu adalah text bab 25 s/d bab 42 dari Bhisma Parva. Bhisma Parva adalah salah satu dari 18 parwa Mahabharata. Untuk dapat memahami secara benar amanat Bhagavad-gita, kita harus memahami pula secara utuh kitab Mahabharata. Dengan demikian kita bisa memahami apa yang melatarbelakangi terjadinya perang di Kuruksetra, dan tujuan disabdakannya Bhagavad-gita Kalau kita mengikuti kisah Mahabharata, sebelum perang di Kuruksetra terjadi, sebenarnya segala upaya damai telah diupayakan. Para Pandawa berhak meminta kembali kerajaan Indraprastha, yang memang hak milik sah mereka. Namun para Kaurawa menolak permintaan mereka. Lalu, para Pandawa mengalah, dengan hanya meminta lima desa sebagai tempat tinggal. Sebagai ksatriya, tugas mereka adalah pelindung dan administrator pemerintahan. Karena itu, mereka merelakan kerajaan sah mereka, dan hanya meminta wilayah seluas 5 desa agar tetap dapat menjalankan tugas dan kewajiban sebagai ksatria. Duryodana yang serakah menolak mentah-mentah permintaan itu. Dengan congkak ia bahkan mengatakan âWahai Pandawa, jangankan lima desa, tanah seluas ujung jarum pun tidak akan aku relakan untuk kalian.â Segala upaya damai masih tetap diupayakan. Bahkan, tanpa diminta oleh siapapun, atas kehendak dan inisiatif-Nya sendiri sebagai seorang awatara, Krishna bertindak sebagai duta perdamaian. Krishna telah menunjukkan niat baikâ sebagai pihak yang cinta damai. Krishna pergi ke Hastinapura dan membujuk para Kaurawa agar mau berdamai dengan para Pandawa. Tapi apa yang terjadi? Dengan congkaknya, Duryodana justru memerintahkan prajuritnya untuk menagkap Krishna. Saat dikepung oleh balatentara Kaurawa itu, Krishna telah menunjukkan identitas-Nya yang sejati, dengan menampakkan wujud wiswarupa Nya. Toh, Duryodana tetap menghendaki perang terjadi, karena ia merasa yakin dengan jumlah tentaranya akan mampu mengalahkan Pandawa. Jadi, siapa yang gemar perang? Kalau benar Krishna memang gemar berperang, penganjur pembunuhan, dan merestui tindak kekerasan, mengapa Krishna mengagungkan ahimsa sebagai âsifat mulia, sifat agung yang tumbuh dari pengetahuan yang benarâ setidaknya tiga kali dalam Bhagavad-gita Bhagavad-gita dan Krishna mendukung sepenuhnya perintah Weda ahimsyat sarva-bhutanam Jangan melakukan kekerasan kepada makhluk hidup manapun.â Perlu kita catat pula, bahwa walaupun sabda dan argumen Krishna dimaksudkan untuk semua orang, namun dalam konteks ini, perintah Krishna untuk bertempur khususnya ditujukan kepada Arjuna. Adalah bodoh kalau kemudian ada orang yang membenarkan tindakan kirminalnya hanya dengan mengutip misalnya ayat âsang roh tidak dapat dibunuh ataupun dapat membunuhâ tanpa memahami konteks makna ayat seperti itu. Sebuah tindakan tergolong kekerasan atau bukan kekerasan, ditentukan oleh prinsip tugas dan wewenang. Dalam sistem sosial Weda, Arjuna dan para Pandawa lainnya adalah para ksatriya. Kata ksatriaâ sendiri dalam dalam bahasa Sanskerta berarti orang yang melindungi dari bahayaâ. Menjadi tugas para ksatriya untuk melindungi masyarakat dari serangan musuh. Sama halnya dengan tugas TNI melindungi rakyat Indonesia dari serangan apapun. Menurut Bhaktivedanta Swami, dalam kitab Weda disebutkan, ada enam musuh yang harus dilawan dan bahkan boleh diberikan hukuman mati, yaitu 1 orang yang meracuni; 2 orang yang membakar rumah orang lain; 3 orang yang menyerang dengan senjata mematikan 4 orang yang merampok kekayaan orang lain; 5 orang yang menyerobot tanah milik orang lain; dan 6 orang yang menculik istri orang lain. Duryodana dan saudaranya telah melakukan enam jenis kejahatan tersebut. Duryodana telah meracuni Bhima, pernah berusaha membakar Pandawa dan Kunti, bibinya sendiri dengan menjebak mereka di istana kardus. Kaurawa telah merampas kerajaan para Pandawa Indraprastha, telah berusaha merebut Drupadi dan ingin menjadikan wanita itu sebagai budak. Walau upaya perdamaian telah dilakukan, Duryodana tetap ngotot ingin berperang, karena yakin bahwa bala tentaranya yang jauh lebih banyak jumlahnya akan mampu mengalahkan Pandawa. Jadi, menurut anjuran Weda, Duryodana sudah memenuhi syarat sebagai musuh yang harus dilawan dan boleh dihukum sampai mati. Sebelum peperangan, Krishna memberikan pilihan kepada Pandawa dan Kaurawa. Mereka dipersilahkan memilih salah satu pasukan Krishna yang tak terkalahkan, atau memilih diri Krishna yang tidak akan ikut bertempur. Demikianlah. Ketika kedua belah pihak itu akhirnya harus berhadapan di medan Kuruksetra, para Pandawa memilih Krishna sebagai penasehat mereka, sedangkan Duryodana tergoda untuk memilih bala tentara kerajaan Mathura. Krishna bertindak sebagai kusir kereta perang Arjuna. Di sinilah mulainya Bab Pertama kitab Bhagavad-gita. Saat melihat kakek, guru, kerabat, dan sanak saudara berdiri berhadapan siap bertempur, Arjuna terduduk lemas, badannya gemetar, busur dan panah terlepas dari tangannya. Ia memutuskan untuk tidak bertempur, dengan memberikan argumentasi berdasarkan ajaran-ajaran moralitas menurut Weda sebagai pembenaran. Baginya, lebih baik menjadi pengemis dan hidup sebagai peminta-minta, daripada menanggung dosa besar akibat membunuh orang- orang yang patut dihormatinya. Arjuna juga beralasan bahwa apabila para suami terbunuh, maka hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela dalam keluarga, kaum wanita keluarga akan ternoda, dan dengan merosotnya kaum wanita, lahirlah keturunan yang tidak diinginkan Gita Peperangan adalah selalu salah bagi orang yang mampu berpikir secara jernih. Lebih baik menempuh jalan non kekerasan. Mendengar semua argumentasi Arjuna itu, sambil tersenyum Krishna berkata âSambil berbicara dengan cara yang pandai engkau menyesalkan sesuatu yang tidak patut disesalkan. Orang bijaksana tidak pernah menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun untuk yang sudah meninggalâ Gita Menurut pengertiannya, kekerasan bukan hanya menyangkut kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan terhadap mental. Termasuk pula pelanggaran terhadap pelaksanaan hak asasi manusia. Kekerasan yang dilakukan oleh Duryodana tidak hanya menyangkut kekerasan fisik semata. Ia telah menghalangi hak warga kerajaannya untuk hidup berdasarkan prinsip ketuhanan. Dalam sebuah pemerintahan kerajaan, biasanya warga kerajaan menganggap seorang raja sebagai wakil Tuhan di dunia. Seorang raja wajib memberikan kesempatan penuh warganya untuk dapat mengembangkan kehidupan spiritual dan kesadaran kepada Tuhan. Selama ini, para Kaurawa telah banyak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan dharma. Karena itu, sebagai ksatriya, tugas Arjuna sudah jelas. Jauh dari sekedar gemar berperang, Krishna memerintahkan Arjuna untuk menjalankan tugasnya. Tapi Arjuna adalah ksatria yang lembut hati, berhati mulia dan tidak ingin melakukan pembunuhan itu. Krishna lalu mengingatkan Arjuna tentang hakekat diri manusia, tentang hakekat sang roh. Bahwa roh tidak akan pernah terbunuh dalam keadaan manapun. Kalau orang mau membaca sampai habis Bhagavad-gita dan tidak hanya berhenti sampai bab 2, orang akan memahami segala misteri kehidupan ini. Bhagavad-gita bukan hanya berbicara tentang kekerasan. Mungkin orang masih akan memprotes. Tindakan Arjuna adalah sebuah pembalasan dendam, dan penghukuman terhadap Duryodana tetap saja merupakan tindak kekerasan dan patut dicela. Tapi, apakah pemaksaan atau pembunuhan selalu berarti kekerasan yang tercela? Dan apakah perilaku yang tampaknya bersahabat selalu berarti non kekerasan? Saat mengamputasi anggota badan pasien, seorang dokter bedah mungkin dianggap bertindak sadis, dan orang awam bisa saja mengambil kesimpulan betapa sadis dan biadabnya tindakkan dokter ituâ. Tetapi tindakan dokter bedah itu tidak melanggar hukum. Mengapa? Karena ia menjalankan tugas yang telah ditetapkan baginya. Tindakan amputasi ataupun operasi yang dilakukannya yang tampaknya penuh kekerasan justru bertujuan baik, menyembuhkan sang pasien. Sementara itu, seorang teman mungkin berusaha menghentikan kebiasaannya mabuk atau merokok. Kalau kemudian, atas nama sikap persahabatan, saya menawarinya minuman keras ataupun rokok, tindakan saya yang tampak bersahabat itu sebenarnya adalah tindakan kekerasan. Selain menyebabkan gangguan kesehatan akibat minuman keras dan rokok yang saya berikan, barangkali saya juga bisa disebut melanggar kebebasan teman itu untuk menjalani pilihan hidupnya. Adanya peraturan dan disertai sanksi denda bila merokok di tempat-tempat umum, adalah salah satu bukti bahwa merokok adalah salah satu tindakan yang membahayakan. Atau, anggap ada seorang polisi yang menolak melakukan kekerasan saat tugas mewajibkannya melindungi seseorang dari serangan perampok. Maka, tindakan polisi melakukan non kekerasan itu, dengan sendirinya adalah pelanggaran terhadap hak warga negara untuk memperoleh perlindungan. Seorang anak yang baru sadar setelah menjalani operasi berat, mungkin akan menangis meraung meminta makanan karena rasa haus dan lapar. Tapi dokter tidak menuruti kemauan anak itu dengan tidak memberinya makanan. Memberikan makanan kepada anak dalam kondisi seperti itu justru merupakan tindakan kekerasan. Contoh-contoh tersebut bisa memberikan gambaran kepada kita, betapa tidak mudah menentukan mana yang kekerasan dan mana yang bukan kekerasan menurut standar moralitas buatan manusia. Karena itu, kita membutuhkan sebuah standar moral absolut yang melampui standar relatif benar-salah dan baik-buruk di dunia ini. Sekali lagi, pertempuran di medan perang Kuruksetra merupakan pilihan terakhir yang tidak dapat dihindari lagi. Bagi Arjuna, penolakannya bertempur dilandasi oleh kemuliaan hati dan sifat welas asihnya yang besar. Tapi, kalau Arjuna meninggalkan medan perang itu, apakah para Kaurawa akan menganggap Arjuna sebagai ksatria berhati mulia? Tidak! Mereka akan menganggap Arjuna sebagai pengecut. Marilah kita simak sloka s/d agar dapat memahami secara utuh alasan Krishna meminta Arjuna tetap bertempur âWahai putra keluarga Bharata, dia yang tinggal dalam badan tidak pernah dapat dibunuh. Karena itu, engkau tidak perlu bersedih hati untuk makhluk manapun. Mengingat tugas kewajibanmu yang khusus sebagai seorang ksatriya, hendaknya engkau mengetahui bahwa tiada kesibukan yang lebih baik untukmu daripada bertempur berdasarkan prinsip-prinsip dharma; karena itu engkau tidak perlu ragu-ragu. âWahai Arjuna, berbahagialah para ksatriya yang mendapat kesempatan untuk bertempur seperti itu tanpa mencarinya, kesempatan yang membuka pintu gerbang planet-planet surga bagi merekaâ âAkan tetapi, kalau engkau tidak melaksanakan kewajiban dharma-mu, yaitu bertempur, engkau pasti akan menerima dosa akibat melalaikan kewajibanmu, dan dengan demikian kemashyuranmu sebagai ksatriya akan hilangâ âOrang akan selalu membicarakan engkau sebagai orang yang hina, dan bagi orang yang terhormat, penghinaan lebih buruk daripada kematianâ. âJendral-jendral besar yang sangat menghargai nama dan kemashyuranmu akan menganggap engkau meninggalkan medan perang karena rasa takut saja, dan dengan demikian mereka akan meremehkan engkauâ âMusuh-musuhmu akan menjuluki engkau dengan banyak kata yang tidak baik dan mengejek kesanggupanmu. Apa yang dapat lebih menyakiti hatimu daripada itu?â âWahai Putra Kunti, engkau akan terbunuh di medan perang dan mencapai planet-planet surga atau engkau akan menang perang dan menikmati kerajaan di dunia. Karena itu, bangunlah dan bertempur dengan ketabahan hatiâ âBertempurlah demi pertempuran saja, tanpa mempertimbangkan suka atau duka, rugi atau laba, menang atau kalah dengan demikian, engkau tidak akan dipengaruhi oleh dosa.â Jadi, Arjuna mendapat perintah langsung dari Tuhan untuk membinasakan para Kaurawa. Tugasnya hanyalah bertempur, hanya sebagai alat, sekedar menjalankan kewajiban, tanpa mengikatkan diri kepada hasil tindakannya. Inilah sesungguhnya ajaran yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai âsepi ing pamrih, rame ing gaweâ. âKarena itu, bangunlah. Siap-siap untuk bertempur dan merebut kemashyuran. Kalahkanlah musuhmu dan menikmati kerajaan yang makmur. Mereka sudah dibunuh oleh apa yang Kuatur, dan engkau hanya dapat menjadi alat dalam pertempuran, wahai Savyasaciâ Bhagavad-gita Sekali lagi, Arjuna hanya berperan sebagai instrumen atau alat, agar upaya penegakan prinsip-prinsip dharma yang dilakukan oleh Sri Krishna tampak wajar danârasionalâ dalam pandangan manusia biasa. Padahal sebenarnya, para ksatria itu telah dibunuh oleh Krishna sendiri. Hal itu tampak dalam uraian Arjuna tentang apa yang dilihatnya setelah ia menerima berkah pandangan mata rohani caksu divyam dari Krishna. âO Wisnu yang berada di mana-mana, ketika hamba melihat Anda dengan berbagai warna Anda yang bercahaya dan menyentuh langit, mulut-mulut Anda yang terbuka lebar dan mata Anda yang besar dan menyala, pikiran hamba goyah karena rasa takut. Hamba tidak dapat memelihara sikap mantap maupun keseimbangan pikiran lagi. O Penguasa para dewa, Pelindung dunia-dunia, mohon memberi karunia kepada hamba. Hamba tidak dapat memelihara keseimbangan ketika melihat Anda seperti ini dengan wajah-wajah Anda yang menyala seperti maut dan gigi yang mengerikan. Di segala arah hamba kebingungan.â Semua Putra Dhrtarastra, bersama raja-raja yang bersekutu dengan mereka, Bhisma, Drona, Karna â dan semua pemimpin ksatria di pihak kita â lari masuk ke dalam mulut-mulut Anda yang mengerikan. Hambamelihat beberapa di antaranya tersangkut dengan kepala-kepalanya hancur di antara gigi Anda. Bagaikan ombak-ombak banyak sungai mengalir ke dalam lautan, seperti itu pula semua kesatria yang hebat ini menyala dan masuk ke dalam mulut-mulut Andaâ Bhagavad-gita â 28. Kembali dalam kehidupan nyata kita. Dalam prakteknya, âkekerasanâ sering kita butuhkan untuk memelihara ketentraman hidup masyarakat banyak. Masih ingatkah dengan terbunuhnya gembong teroris Dr. Azahari di Batu, Malang beberapa bulan lalu? Orang dapat saja mengutuk tindakan penyergapan yang dilakukan oleh Detasemen 88 yang mengakibatkan tewasnya orang yang paling diburu itu sebagai tindak kekerasan yang tidak manusiawi. Bagaimanapun itu adalah tindak kekerasan. Anehnya, beberapa hari setelah peristiwa pembunuhan yang menggegerkan itu, anggota Detasemen 88 justru mendapat penghargaan dan kenaikan pangkat dari pemerintah. Mengapa, karena pembunuhan yang mereka lakukan adalah demi menjalankan perintah negara. Mereka memang mendapatkan mandat dan perintah untuk itu. Tapi sebaliknya, sering kita dengar pula kabar pemecatan atau pemberian hukuman terhadap anggota TNI atau polisi, karena telah melakukan pembunuhan di luar prosedur. Mereka menggunakan senjata apinya untuk kepentingan pribadi. Jadi, sama-sama kekerasan dan sama-sama pembunuhan, tapi yang satu mendapat tanda jasa dan kehormatan, yang lainnya berbuah pemecatan dan hukuman. Apa yang membedakannya? Sekali lagi, tugas dan kewajiban. Dari uraian di atas, kiranya jelas bahwa Krishna bukanlah tokoh tak bermoral yang doyan perang dan gemar kekerasan. Bhagavad-gita bukanlah kitab yang bisa digunakan sebagai pembenaran untuk tindakan kriminal yang dilakukan seseorang. Kita boleh lega, karena selama ini, belum pernah kami mendengar ada orang Hindu yang melakukan agresi atau peperangan dengan umat agama lain dengan alasan menjalankan perintah Krishna dalam Bhagavad-gita. Lagi pula, kalau benar Bhagavad-gita adalah kitab penganjur perang dan kekerasan, mengapa seorang tokoh anti kekerasan seperti Mahatma Gandhi selalu membawa-bawa Bhagavad-gita kemanapun beliau pergi? Mengapa semakin banyak orang dari berbagai belahan dunia kini memeluk agama Hindu berawal dari membaca Bhagavad-gita? Tentu saja, yang harus kita lakukan adalah membaca Bhagavad-gita dengan didasari kerendahan hati, dibaca menyeluruh dengan bantuan bimbingan guru spiritual yang telah memahami amanat rohani kitab suci itu. Kita butuh kehadiran seorang guru atau dosen bahkan untuk mengerti dan memahami ilmu pengetahuan material sekalipun. Apalagi untuk memahami dan menghayati misteri pengetahuan rohani seperti yang terkandung dalam Bhagavad-gita. Jadi, sayang sekali kalau kawan Hindu tersebut tidak pernah lagi membaca Bhagavad-gita hanya karena belum memahami secara benar amanat rohaninya. Mungkin dia belum pernah membaca komentar Dr. Edwin H. Powell, seorang professor sosiologi State University of New York yang menyatakan sebagai berikut âKalau memang kebenaranlah yang berhasil, seperti yang ditegaskan oleh Pierce dan para pengikut filsafat pragmatisme, maka pasti ada kebenaran dalam Bhagavad-gita Menurut Aslinya, sebab para pengikut ajarannya memperlihatkan ketenangan dan keriangan yang jarang ditemukan dalam kehidupan masyarakat dewasa ini yang pada umumnya hambar dan kerasâ. Banggalah menjadi Hindu! Dikutip dari Tulisan Suryanto, Facebook Kang Surya
SelanjutnyaSrila Prabhupada menjelaskan bahwa menurut masa, penduduk, dan negara terdapat buku-buku pengetahuan yang berbeda, seperti Veda, Torah, Injil, dan Qurâan. Walaupun satu kitab suci berbeda dari kitab suci yang lain pada beberapa detailnya, secara keseluruhan esensinya adalah sama.
- Bhagawadgita artinya âNyanyian Tuhanâ atauâ nyanyian suci.â Bhagawadgita juga bernama âGitopanisad.â Bhagawadgita adalah hakekat segala pengetahuan Weda. Jiwa Bhagawadgita ada pada Bhagawadgita sendiri. Bhagawadgita juga disebut dengan nama lain yaitu Upanishad, merupakan bagian terakhir dari Weda. Bhagawadgita juga disebut weda yang ke lima atau Pancamo Weda. Kitab Bhagawadgita mempunyai perbedaan dengan buku-buku suci yang lain. Jika buku-buku suci yang lainnya adalah merupakan pencatatan dari ajaran-ajaran yang disampaikan di tempat-tempat suci atau di tempat-tempat lain. Sedangkan Bhagawadgita adalah ajaran yang disampaikan oleh Shri Kishna kepada Arjuna, ketika Arjuna mengalami keragu-raguan di medan Kuru Ksetra, dimana saat itu berhadap-hadapan antara dua pasukan yaitu pasukan Korawa dan Pandawa, Sumarni dan Raharjo, 2015100. Bhagawadgita hendaknya dipahami, diterima, dan dirasakan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh yang menyabdakan Bhagawadgita itu yaitu Shri Krishna. Bhagawadgita adalah merupakan pengetahuan suci yang abadi, diajarkan oleh Shri Krishna sebagai Awatara Wisnu kepada umat manusia. Ajaran itu diajarkan berulang dari jaman ke jaman, bila dunia mengalami kegelapan, dimana manusia melupakannya, dan adharma merajalela di dunia ini, demi untuk kesucian jiwa dan kesempurnaan hidup. Bhagawadgita menekankan pada Tuhan atau Sang Hyang Widhi sebagai Mahadewa yang menciptakan dunia ini. Membaca Bhagawadgita dapat memberi berkah dan kebahagiaan yang besar pada jiwa kita. Isi dari Kitab Suci Bhagawadgita Secara garis besarnya kitab suci Bhagawadgita terdiri dari 18 bab, dan pada masing-masing bab terdiri dari beberapa seloka yaitu Bab I, berisi tentang Arjuna dalam keragu-raguan dan kehilangan harapan, terdiri dari 47 seloka Meninjau tentara-tentara di medan perang Kuru Ksetra Tentara-tentara kedua belah pihak siap siaga untuk bertempur. Arjuna, seorang kesatria yang perkasa, melihat sanak keluarga, guru-guru dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua belah pihak siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya. Arjuna tergugah kenestapaan dan rasa kasih sayang, sehingga kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan dia tidak dapat bertabah hati untuk bertempur. Bab II, berisi tentang teori Samkhya dan Pelaksanaan Yoga, teridiri dari 72 seloka Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Shri Krishna, kemudian Krishna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok antara badan jasmani yang bersifat sementara dan sang roh yang bersifat kekal. Shri Krishna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya, Sumarni dan Raharjo, 2015101. Bab III, berisi tentang karma Yoga, terdiri dari 43 seloka Semua orang harus melakukan kegiatan di dunia material. Tetapi perbuatan dapat mengikat diri seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia. Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma dan mencapai pengetahuan rohani tentang sang diri dan Yang Maha Kuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Yang Maha Kuasa, tanpa mementingkan diri sendiri. Bab IV, berisi tentang jalannya Pengetahuan, terdiri dari 42 seloka Pengetahuan rohani tentang sang roh, Tuhan Yang Maha Esa, dan hubungan antara sang roh dengan Tuhan â menyucikan dan membebaskan diri manusia. Pengetahuan seperti itu adalah hasil perbuatan bhakti tanpa mementingkan diri sendiri karma yoga. Krishna menjelaskan sejarah Bhagawadgita sejak jaman purbakala, tujuan dan makna Beliau ketika menurun ke dunia material, serta pentingnya mendekati seorang guru kerohanian yang sudah insaf akan dirinya. Bab V, berisi tentang melepaskan diri dari ikatan, terdiri dari 29 seloka Perbuatan dalam Kesadaran akan Krishna Orang bijaksana yang sudah disucikan oleh api pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, penglihatan rohani dan kebahagiaan Bab VI, berisi tentang Yoga yang Sejati, terdiri dai 47 seloka Astangga-yoga, jenis latihan meditasi lahiriah, pengendalian pikiran dan indria-indria dan memusatkan perhatian kepada Paraman Roh yang utama yang bersemayam di dalam hati. Puncak latihan ini adalah samadhi. Samadhi berarti kesadaran sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bab VII, berisi tentang Tuhan dan Dunia, terdiri dari 30 seloka Shri Krishna adalah Kepribadian Yang Paling Utama, Penyebab yang paling utama dan kekuatan yang memelihara segala sesuatu, baik material maupun rohani. Roh-roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan pikirannya kepada obyek-obyek sesembahan yang lain, Sumarni dan Raharjo, 2015102. Bab VIII, berisi tentang Jalannya evolusi dari kosmos, terdiri dari 28 seloka Seseorang dapat mencapai tempat tingal Krishna, Kepribadian Yang paling Utama, di luar dunia material, dengan cara ingat kepada Shri Krishna dalam bhakti semasa hidupnya, dan khususnya pada saat meninggal. Bab IX, berisi tentang Tuhan adalah Melebihi dari ciptaannya, terdiri dari 34 seloka Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tujuan tertinggi kegiatan sembahyang. Sang roh mempunyai hubungan yang kekal dengan Krishna melalui pengabdian suci bhakti yang bersifat rohani. Dengan menghidupkan kembali bhakti yang murni, seseorang dapat kembali kepada Shri Krishna di alam rohani. Bab X, berisi tentang Tuhan adalah sumber dari segalanya, terdiri dari 42 seloka Segala fenomena ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain dari pada perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Tuhan, Shri Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab serta sandaran dan hakekat segala sesuatu. Krishna, Tuhan Yang Maha Esa, adalah tujuan sembahyang tertinggi bagi para mahluk. Bab XI, berisi tentang Arjuna berkata, terdiri dari 55 seloka Shri Krishna menganugrahkan penglihatan rohani kepada Arjuna. Krishna memperlihatkan bentuk-Nya yang tidak terhingga dan mengagumkan sebagai alam semesta. Dengan cara demikian, Krishna membuktikan secara meyakinkan identitas-Nya sebagai Yang Maha Kuasa. Krishna menjelaskan bahwa bentuk-Nya sendiri yang serba tampan dan dekat dengan bentuk manusia adalah bentuk asli Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang dapat melihat bentuk ini hanya dengan bhakti yang murni. Bab XII, berisi tentang Tuhan dalam Saguna, Iswara lebih dekat dari pada yang Nirguna, terdiri dari 20 seloka Bhakti-yoga, pengabdian suci yang murni kepada Shri Krishna, adalah cara tertinggi dan paling manjur untuk mencapai cinta bhakti yang murni kepada Krishna, tujuan tertinggi kehidupan rohani. Orang yang menempuh jalan tertinggi ini dapat mengembangkan sifat-sifat suci Bab XIII, berisi tentang lanjutan dari Bab XII, terdiri dari 34 seloka Orang yang mengerti perbedaan antara badan, dengan sang roh dan Roh Yang Utama yang melampaui badan dan roh, akan mencapai pembebasan dari dunia material, Sumarni dan Raharjo, 2015103. Bab XIV, berisi tentang Yoga Perincian Tri Guna, terdiri dari 27 seloka Semua roh terkungkung dalam badan di bawah pengendalian tiga sifat alam material; kebaikan, nafsu dan kebodohan. Shri Krishna menjelaskan arti sifat-sifat alam tersebut, bagaimana sifat-sifat itu mempengaruhi diri kita, bagaimana cara melampaui sifat-sifat alam serta ciri-ciri orang yang sudah mencapai keadaan rohani Bab XV, Berisi tentang Yoga dan Purusottama, terdiri dari 20 seloka Tujuan utama pengetahuan Veda adalah melepaskan diri dari ikatan terhadap dunia material dan mengerti Shri Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengerti identitas Krishna yang paling utama menyerahkan diri kepada Krishna dan menekuni pengabdian suci kepada Krishna. Bab XVI, berisi tentang Alam pikiran Ketuhanan dan Kesetanan, terdiri dari 24 seloka Orang yang mempunyai sifat-sifat jahat dan hidup sesuka hatinya, tanpa mengikuti peraturan Kitab Suci, dilahirkan dalam kehidupan yang lebih rendah dan diikat lebih lanjut secara material. Tetapi orang yang memiliki sifat-sifat suci dan hidup secara teratur, dengan mematuhi kekuasaan Kitab Suci, berangsur-angsur mencapai kesempurnaan rohani. Bab XVII, berisi tentang Tri Guna dalam fenomena keagamaan, terdiri dari 28 seloka Ada tiga jenis keyakinan, yang masing-masing berkembang dari salah satu di antara tiga sifat alam. Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang keyakinannya bersifat nafsu dan kebodohan hanya membuahkan hasil material yang bersifat sementara, sedangkan perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebaikan, menurut Kitab Suci, menyucikan hati dan membawa seseorang sampai tingkat keyakinan murni terhadap Shri Krishna dan bhakti kepada Krishna. Bab XVIII, berisi tentang Kesimpulan, terdiri dari 78 seloka. Krishna menjelaskan arti pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan Bhagawadgita, dan kesimpulan utama Bhagawadgita; jalan kerohanian tertinggi berarti menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam cinta bhakti kepada Shri Krishna. Jalan ini membebaskan seseorang dari segala dosa, membawa dirinya sampai pembebasan sepenuhnya dari kebodohan dan kemungkinan ia kembali ke tempat tinggal rohani Krishna yang kekal, Sumarni dan Raharjo, 2015104. Referensi Sumarni, Ni Wayan dan Raharjo, Sukirno Hadi. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VI. Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
FalsafahIndia juga merupakan salah satu daripada pemikiran manusia yang terawal yang direkodkan serta meliputi pelbagai disiplin ilmu dan persoalan-persoalan tentang kehidupan. Bukan itu sahaja, falsafah India juga turut membicarakan pelbagai aspek secara mendalam dan mengandungi sudut pandangan tentang materialisme, spiritualisme, realisme
ďťżJawabankitab baghawad gita adalah kitab milik agama hindu sedangkan buku suci lainnya itu adalah kitab yang bersih dari dosa milik agama islam Penjelasan jadi orang yang paling suka membaca buku suci dapat terhindar dari dosa kalau membaca kitab baghawad hanya allah yang tau
EKSISIENSIILMUWAN. Oleh: Sumarjoko. A. Pendahuluan. Semakin lama dunia berjalan maka semakin kompleks permasalahan yang akan dihadapi umat manusia. Untuk itu dunia membutuhkan para ilmuan dan menghargai eksistensi orang-orang yang kreatif, produktif dalam melakukan berbagai aktivitas penelitian ataupun pemikiran untuk memberikan solusi
apa perbedaan kitab bhagawadgita dengan buku buku suci yang lain - Selamat datang di laman kami. Pada hari ini admin akan membahas seputar apa perbedaan kitab bhagawadgita dengan buku buku suci yang Ajaran Yang Terkandung Dalam Kitab Zabur Cara Mengajarku from berisi sejarah, hukum, nubuat, puisi, peribahasa, lagu, dan surat. Sebagai kitab suci, weda merupakan sumber. Namun, kitab suci menjadi suci juga karena aspek oralnya, dibaca, didengar, bahkan dipertunjukkan. apa perbedaan kitab bhagawadgita dengan buku buku suci yang Perbedaan Kitab Bhagawadgita Dengan Buku Buku Suci Yang LainBhagawadgita sejak jaman purbakala, tujuan dan makna beliau ketika. Bersih adalah terbebasnya anggota badan manusia atau suatu barang dari kotoran. Apa yang dimaksud dengan âperjanjian lamaâ dan. Cara membersihkan kotoran sangatlah mudah, kita cukup mengelap, membasuh, menggosok,. Alkitab berisi sejarah, hukum, nubuat, puisi, peribahasa, lagu, dan surat. apa perbedaan kitab bhagawadgita dengan buku buku suci yang membersihkan kotoran sangatlah mudah, kita cukup mengelap, membasuh, menggosok,.Sebagai kitab suci, weda merupakan sumber. Alkitab berisi sejarah, hukum, nubuat, puisi, peribahasa, lagu, dan surat. Bhagawadgita sejak jaman purbakala, tujuan dan makna beliau kitab suci, weda adalah kitab suci agama sebagai kitab suci karena sifat dan kandungan tuhan yang maha esa wahyu, itulah sebabnya disebut apauruĹeya. Alkitab adalah kumpulan dari 66 buku suci yang ditulis selama sekitar tahun. Perbedaan kitab suci dengan kitab adalah terbebasnya anggota badan manusia atau suatu barang dari merupakan bagian dari salah satu bentuk kitab. Contoh seseorang yang lahir dengan sifat ketuhanan menurut bhagawadgita antara lain brainly. Pengetahuan seperti itu adalah hasil perbuatan bhakti tanpa mementingkan diri sendiri karma yoga.Seorang pengguna telah bertanya đ jelaskan perbedaan kitab suci veda dengan buku biasa ini jawaban terbaik đ menjawabNamun, kitab suci menjadi suci juga karena aspek oralnya, dibaca, didengar, bahkan dipertunjukkan. Suci adalah terbebasnya suatu barang atau anggota badan manusia dari najis dan hadats. Berdasarkan pengertian fikih fiqh, suci dan bersih sangat berbeda, dimanaApa yang dimaksud dengan âperjanjian lamaâ pertanyaan di bawah ini dengan singkat!Nah itulah pembahasan tentang apa perbedaan kitab bhagawadgita dengan buku buku suci yang lain yang bisa kami sampaikan. Terima kasih sudah berkunjung di website awak. supaya tulisan yang awak selidik diatas menaruh manfaat untuk pembaca lagi membludak diri yg sudah berkunjung di website ini. aku pamrih anjuran pada, semua grup bagi ekspansi website ini supaya lebih baik lagi.
Umatsedharma yang berbahgia kita sebagai umat manusia haruslah saling megasihi semua mahkuk tanpa memikirkan perbedaan diantara kita,hindu mengajarkan kita untuk saling bertoleransi ,kita begitu banyak memiliki ajaran tentang toleransi ada tat twam asi,aku adalah kamu, kamu adalah aku, ajaran ini megajarkan kita untuk menghargai semua orang
Result for Kitab Bhagawadgita Juga Disebut Dengan Pancama Weda Yang Artinya TOC Daftar IsiBhagawadgita - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasPengertian dan Isi dari Kitab Suci Bhagawadgita - MUTIARA HINDUMar 18, 2020 Bhagawadgita juga disebut weda yang ke lima atau Pancamo Weda. Kitab Bhagawadgita mempunyai perbedaan dengan buku-buku suci yang lain. Jika buku-buku suci yang lainnya adalah merupakan pencatatan dari ajaran-ajaran yang disampaikan di tempat-tempat suci atau di tempat-tempat Hindu Dharma IndonesiaMengenali Bhagavad Gita sebagai 'Pancamo Veda'. Kategori Artikel Baru. Nama va rg vedo yajur-vedah sama-veda. Atharvanas caturtha itihasa-puranah. Pancamo vedanam vedah. Kauthumiya Chandogya Upanisad "Sesungguhnya Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, dan Atharva Veda adalah nama-nama dari Catur Veda. Sedangkan Itihasa dan Purana merupakan ...Kitab bhagawadgita juga disebut dengan Pancama weda yang artinyaApr 30, 2022 Kitab suci Bhagavadgt juga disebut dengan Pancama Veda. Kata Pancama Veda berarti Veda yang kelima. Kita mengenal kitab catur Veda meliputi, gveda, Smaveda, Yayurveda, dan Bhagavad Gita sebagai 'Pancamo Veda' Juru SapuhJadi, yang dikenal dan diterima sebagai ajaran wahyu langsung dari Tuhan YME di dalam literatur Veda adalah 4 Veda Catur Veda, dan Bhagavad Gita sebagai Veda Kelima Pancamo Veda. Chandogya Upanisad menyebutkan kitab Itihasa sebagai Veda Kelima Pancamo Veda bersamaan dengan kitab-kitab Bhagavadgt dan Sifat Daivi Sampad dan Asuri SampadDec 4, 2018 Kitab suci Bhagavadgt juga disebut dengan Pancama Veda. Kata Pancama Veda berarti Veda yang kelima. Kita mengenal kitab catur Veda meliputi, gveda, Smaveda, Yayurveda, dan Atharvaveda. Veda yang kelima adalah Bhagavadgt. Kitab suci Bhagavadgt adalah percakapan antara r Ka dan suci weda yang dikenal dengan pancama weda adalahSebagai Veda Kelima, Bhagavad Gita menempati keterkenalan yang luar biasa di dalam literatur Veda. Kitab suci Bhagavad Gita merupakan "petikan" dari kitab Itihasa, yaitu di kitab Mahabharata. Oleh karena itulah Bhagavad Gita dikenal sebagai Pancamo Veda atau Veda Bhagawadgita Juga Disebut Dengan Pancama Weda Yang ArtinyaBhagawadgita adalah pustaka Weda yang kelima, oleh karena itu sering disebut dengan Pancama Weda yang artinya Weda yang kelima. Isi dari pustaka suci Bhagawadgita adalah wejangan tentang kebajikan, sebagai intisari dari filsafat yang ada dalam ajaran Bhagavadgt dan Sifat Daivi Sampad dan Asuri Sampad - BloggerOct 27, 2020 Bhagavadgt digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan. Kitab suci Bhagavadgt juga disebut dengan Pancama Veda. Kata Pancama Veda berarti Veda yang kelima. Kita mengenal kitab catur Veda meliputi, gveda, Smaveda, Yayurveda, dan Atharvaveda. Veda yang kelima adalah Bhagavad Gita sebagai Pancamo VedaMay 3, 2017 Kitab suci Bhagavad Gita merupakan "petikan" dari kitab Itihasa, yaitu di kitab Mahabharata. Oleh karena itulah Bhagavad Gita dikenal sebagai Pancamo Veda atau Veda Kelima. Selain itu, Bhagavad Gita dikenal sebagai Pancamo Veda juga karena ia merupakan wejangan langsung oleh TuhanBhagawadgita Merupakan Weda Yang Kelima Yang Disebut DenganKitab Bhagavadgita dikatakan sebagai Weda yang kelima setelah Catur Veda Samhita Rg Veda, Sama Veda, Yajur Veda dan Atharva Veda sehingga disebut sebagai Pancamo Veda. Kenapa Bhagavadgita dikatakan sebagai Weda yang kelima? Karena kitab Bhagavadgita diturunkan atau disampaikan atau disabdakan secara langsung oleh Awatara Wisnu yaitu Sri Bhagavad Gita Sebagai Pancamo Veda AlvindayuBhagavad Gita selalu diagung-agungkan dengan sebutan "Pancama Veda", yaitu Veda ke lima sehingga merupakan kewajiban umat untuk memiliki dan membaca kitab suci Bhagavad Gita. Terdapat beberapa pengertian kata Veda, yaitu satu Catur Veda Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, Atharva Veda.Weda - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasWeda Sanskerta ; veda, Bali "ilmu pengetahuan" adalah kitab suci agama Hindu. Weda merupakan kumpulan sastra-sastra kuno dari zaman India Kuno yang jumlahnya sangat banyak dan Acarya Prabhu Raja Darmayasa Mengenali Bhagavad Gita sebagai Apr 4, 2018 Bhagavad Gt selalu diagung-agungkan dengan sebutan Pacama Veda, yaitu Veda ke lima sehingga merupakan kewajiban umat untuk memiliki dan membaca kitab suci Bhagavad Gt. Terdapat beberapa pengertian kata Veda, yaitu satu; Catur Veda g Veda, Yajur Veda, Sma Veda, Atharva Veda.DHARMA YUDHA KARMA DALAM KITAB SUCI BHAGAVADGITAdisebut sebagai Weda. Weda sebagai kitab suci umat Hindu terbagi atas dua bagian yaitu Sruti dan Smerti. Weda ini dikenal pula oleh para umat yang disebut Catur Weda, disamping itu ada pula yang disebut sebagai Weda kelima atau Pancama Weda, yaitu Bhagawad Gita. Sebagai Weda kelima kitab suci Bhagawad Gita dari kitabApakah Makna Ungkapan Bhagavad Gita? - KompasianaDec 21, 2021 Bhagavad Gita adalah salah satu sutra Hindu yang disebut Panchama Veda Veda Kelima, yang mengandung esensi ajaran Weda atau esensi ajaran Hindu, isinya sangat sederhana dan diperlukan untuk masyarakat umum, khususnya umat Hindu. Bhagavad Gita juga dikenal sebagai Lagu Surga atau Lagu Minta Umat Hindu Praktikkan Ajaran Kitab Suci Secara - BerandaDec 22, 2018 Menurut Menag, Bhagavad Gita yang sering disebut Pancama Weda adalah salah satu kitab suci yang mengandung ajaran filsafat dan etika yang sangat dalam. Kitab ini menurutnya adalah salah satu kitab suci paling berpengaruh yang mengajarkan etika, moralitas, filsafat dan humanisme arti dari Bhagawadgita? - 30, 2022 Mengapa bhagawadgita disebut juga sebagai Pancama Weda? Jawaban Bhagavad Gita dikenal sebagai Pancamo Veda atau Veda Kelima. Selain itu, Bhagavad Gita dikenal sebagai Pancamo Veda juga karena ia merupakan wejangan langsung oleh Tuhan YME, sama seperti turunnya langsung ajaran Catur Veda dari Tuhan YME sehingga Catur Veda dikenal sebagai kitab ...Bhagawad Gita online Lengkap - Puja ShantiKitab Bhagawad Gita terdiri dari 700 sloka yang dijalin membentuk XVIII Bab. Bab I Arjuna wasada yoga. Terdiri atas 47 sloka, Arjuna melihat bahwa perang pertententangan dengan dharma, Ia bertanya kepada krisna mengapa harus GitaKitab Bhagavad-Gt ini boleh dipandang sebagai riwayat kehidupan Korawa dan Pandawa, atau perjalanan manusia menuju ke arah Sempurna. Sebagai ilmu, kitab Bhagavad-Gt menguraikan perjalanan kalbu manusia menuju ke arah Kesempurnaan. Di situlah terjadi pertempuran antara Jiwa dengan BRAHMA WIDYA DALAM TEKS IWA TATTWA PURNA - UNUDSecara umum kitab suci utama dalam agama Hindu disebut Catur Veda sebagai kitab suci yang utama yaitu; Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, dan Atharva Veda, namun dewasa ini disebutkan adanya penyempurnaan dengan menambahkan satu Veda lagi yaitu Bhagavad Gita sehingga disebut Pancama Bhagavad Gita DONGBUDMar 26, 2015 Segala tujuan yang dipenuhi oleh sumur kecil dapat segera dipenuhi oleh sumber air yang besar. Begitu pula, segala tujuan veda dapat segera dipenuhi bagi orang yang mengetahui maksud dasar veda itu. Bhagavad-gita Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil Keywords For Kitab Bhagawadgita Juga Disebut Dengan Pancama Weda Yang Artinya For You
. 446 320 260 77 7 49 294 8
apa perbedaan kitab bhagawadgita dengan buku buku suci yang lain